Kamis, 07 Februari 2013

Radikalisme dan Terorisme; Semakin Saleh Semakin Tidak Manusiawi


Apabila melihat aksi-aksi kelompok radikal atau teroris yang mengatasnamakan Islam tampaknya tidak ada rasa sesal yang menempel di wajah mereka. Bahkan tidak jarang semburat senyum dan gelak tawa terekspresikan bukti mencapai klimaks kepuasan. Sangat miris memang, di tengah tangis dan rasa sakit korban, sang radikalis atau teroris justru merasa bahagia.

Menurut cendekiawan muslim, Munir Mulkhan, rasa bahagia para radikal dan teroris ketika melangsungkan aksi kekerasan dan horornya karena melihat korban bukan sebagai manusia, melainkan iblis.

Kalau anda melihat video kasus Cikesik, saya melihat orang yang mungkin sudah mati, karena tergelak posisinya, kemudian diinjak dengan cara meloncat pula. Bahkan meloncatnya dengan teriakan “Allahu Akbar”. Mereka melihat korban sebagai representasi dari iblis” ungkap Munir Mulkhan pada Lazuardibirru.

Dalam logika berpikir kelompok Islam radikal atau teroris, Munir Mulkhan memahami bahwa semakin seorang radikalis atau teroris sadis dalam memperlakukan korbannya, seolah-olah ia merasa lebih beriman. Maka dalam kerangka berpikir radikalis dan teroris bisa disimpulkan sebuah diktum, semakin beriman/saleh, semakin sadis/ tidak manusiawi.

“Karena mindset-nya seperti itu maka bisa menjadi begitu sadisnya. Sepertinya orang Islam semacam itu merasa semakin saleh jika semakin tidak manusiawi. Jadi bagi mereka kalau sudah atas nama Tuhan, seakan yang lain tidak berarti”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar