Senin, 24 September 2012

Forum Alumni Tolak Tuduhan ROHIS Sarang Teroris


Forum Alumni Rohis (Kerohanian Islam) di Kota Bandung, menggelar aksi unjuk rasa pada Rabu, 19 September 2012 halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat. Hal itu dilakukan untuk memprotes pemberitaan sebuah stasiun televisi yang menyebut perekrutan teroris muda dilakukan lewat kegiatan ekstra kurikuler di masjid sekolah.

“Mereka langsung menyerang Rohis. Mereka mengatakan rekrutmen teroris muda dilakukan lewat ekstrakurikuler di masjid sekolah,” kata Koordinator Forum Alumni Rohis Bandung Raya, Ryo Aurachman,.

Ryo menuturkan, pemberitaan itu mengulas soal isu terorisme dengan membahas penelitian Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP) Jakarta yang mengaitkan antara ekstrakurikuler berbasis masjid di sekolah-sekolah dengan rekrutmen teroris muda.

Kendati tidak menyebutkan lembaga Rohis dalam pemberitaan itu, tapi kegiatan ekstrakurikuler berbasis masjid di sekolah hanya Rohis. “Semua orang pasti menyimpulkan bahwa ekstrakurikuler berbasis masjid, apalagi selain Rohis. Enggak mungkin cheerleader,” kata Ryo.

Dia menuturkan, pemberitaan gencar soal terorime membuat turunnya pendaftar ekstrakurikuler berbasis masjid di sekolah dan kampus. Ryo yang sudah tujuh tahun menjadi aktivis Rohis mencontohkan, di satu SMA Negeri di Bandung, biasanya dari tiap siswa baru yang mendaftar tembus 40 orang atau 10 persennya, kini kurang dari 10 siswa tiap tahunnya.

Menurut Ryo, apa yang dilakukan aktivis masjid di sekolah dan kampus hanyalah untuk berdakwah, mengajarkan sopan-santun, menjaga perilaku remaja dari pengaruh negatif. “Tapi pemberitaan itu menyimpulkan seluruh ekstakurikuler masjid adalah sarang teroris,” kata dia.

Dalam aksinya, massa membawa sejumlah poster. Beberapa di antaranya bertuliskan ‘Kami Alumni Rohis, Bukan Anak Teroris’, ‘Save Rohis’ dan Kami Bangga Menjadi Anak Rohis’. Selain itu, massa bergiliran orasi di atas mobil bak terbuka untuk menyuarakan aspirasinya.

Terkait aksi itu, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat, Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran, Nursyawal, membenarkan soal banyaknya pesan pendek ke nomor hotline KPI RI terkait protes alumni Rohis soal pemberitaan tersebut. “Sekarang sudah hampir 15 ribuan SMS yang masuk dalam seminggu terakhir,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 19 September 2012.

April 2011, Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) Jakarta melansir hasil penelitian tentang radikalisme berbasis agama. Hasilnya mencengangkan; 48,9 persen pelajar SMP dan SMA di Jabodetabek menyatakan bersedia melakukan aksi kekerasan (termasuk aksi terorisme) atas nama agama dan moral.

Sementara para guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ditanyakan soal hal yang sama, hasilnya 28,2 persen setuju dengan radikalisme.

Senin, 10 September 2012

Pesantren Mencetak Calon Ulama, Bukan Santri Radikal


Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah teruji mewujudkan dan mencetak ulama-ulama berakhlakul karimah dan ramah.

“Pesantren itu bukan tempat menyemai santri radikal dan beraliran keras,” kata Menag pada acara Manaqib Kubro, Bahtsul Masail dan pengajian akbar Jamiyah Ahlit-Thariqah Al Mu’‘tabarah Al Nahdliyyah se Jawa Tengah di Pondok Pesantren Darussalam Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu.

Hadir dalam kesempatan itu Menteri Perumahan Rakyat H Djan Faridz, Dirjen Bimas Islam H Abdul Djamil, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah Imam Haromain, Direktur Perguruan Tinggi Islam Dede Rosyada, Direktur Pemberdayaan Diniyah dan Pondok Pesantren H Ace Saifuddin, Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Boyolali KH Kamaluddin Iskandar, dan sejumlah undangan lainnya.

Menag mengatakan, isu SARA, terorisme, termasuk kekerasan bernuansa agama yang terjadi di Sampang sangat tidak relevan dengan visi Islam Rahmatan Lil Alamin. “Fenomena ini sangat membuat kita resah, dan menjadi ancaman bagi keutuhan negara,” paparnya.

Menurut Menag, masalah tersebut umumnya muncul karena ketidaksadaran kita akan pentingnya persatuan yang memunculkan benih-benih kebencian, kedengkian yang mengkristal hingga muncul kekerasan yang bernuansa agama. “Kita juga seringkali lupa bahwa kita semua berada dalam satu rumah besar bersama, yaitu Islam,” kata Menag.

Dalam momentum ini, lanjutnya, kita perlu bergerak bersama, berusaha menampilkan Islam dengan baik, sembari berjuang dengan kesabaran dan keikhlasan mempersatukan umat yang mungkin bercerai-berai dan saling memusuhi.

“Hal terbaik bagi kita dalam menghadapi setiap permasalahan adalah dengan mengutamakan dialog daripada kekerasan, seperti tradisi ulama-ulama salaf yang arif dan bijaksana yang mereka ajarkan kepada kita,” ungkapnya.

Memosisikan Islam di tempat yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya, kata Menag, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mewujudkan agama yang santun dan menyejukkan di tengan-tengah masyarakat itu butuh pengorbanan, perjuangan dan kesabaran.

Warga Solo Membenci Kekerasan

KH. Muhammad Dian Nafi’, tokoh masyarakat kota Solo

Serangkaian aksi teror terhadap Pos Polisi dan Mapolsek di kawasan Solo, Jawa Tengah selama bulan Agustus  dan diiringi dengan baku tembak antara polisi dengan terduga teroris yang merenggut 3 korban jiwa pada awal September 2012 sangat mengejutkan warga kota Solo. Karena itu masyarakat Solo langsung bereaksi dengan menolak segala bentuk kekerasan dan menyerahkan pengusutan aksi teror tersebut kepada pihak berwajib.

KH. Muhammad Dian Nafi’, tokoh masyarakat kota Solo, menerangkan bahwa dalam rangka menyikapi serangkaian peristiwa tersebut, tokoh masyarakat dari lintas golongan dan Ormas langsung menggelar pertemuan dengan difasilitasi oleh Pemerintah Kota Surakarta.

“Tokoh masyarakat Solo sepakat tidak mengembangkan analisis yang spekulatif karena bisa memicu fitnah,” tukasnya kepada Lazuardi Birru, Senin, 3 September 2012.

Menurut Dian Nafi’, karakter dasar masyarakat Solo yang hidup dari pengembangan ekonomi kreatif –seperti industri batik— adalah antikekerasan. Karena itu, lanjutnya, arus utama Ormas di Solo adalah NU dan Muhammadiyah yang menyadari benar bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh Islam dan memberi nilai-nilai yang menyemangati orang untuk membuka ruang kreatif.

“Mainstream masyarakat Solo sangat kritis terhadap pengaitan ajaran agama dengan kekerasan. Orang Solo menyadari benar pentingnya toleransi antarumat beragama, antaretnis, antaraliran untuk memertahankan karakter dasar ekonomi kreatif itu. Mana mungkin ada ruang kreatif jika pikiran masih disibukkan oleh sesuatu yang konfliktual,” urai pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad Windan Surakarta itu.

Contoh lain bahwa masyarakat Solo membenci kekerasan adalah saat terjadi persinggungan antar-Ormas, maka pihak-pihak yang bertikai lebih senang jika persinggungan itu bisa dikelola dengan cara yang lebih beradab seperti diskusi dan dialog.

“Jika disinyalir ada hal-hal yang bisa meretakkan hubungan sosial, maka tidak diselesaikan dengan cara jalanan namun menjadi dinamika di mana setiap orang bisa menyuarakan pendapatnya secara lebih tenang,” ungkap mantan Ketua Umum Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surakarta itu.

Dalam hematnya, masyarakat Solo memiliki energi yang tidak mudah bereaksi terhadap aksi kekerasan, terutama yang mengusung faktor-faktor agama. Pasalnya orang Solo menempatkan agama dalam ruang keheningan diri yang paling mendalam agar praktik keagamaan tidak menjadi sesuatu yang mengganggu bagi orang lain.

Kamis, 06 September 2012

Polisi pastikan Toriq si pembuat bom di Tambora teroris


Kepolisian akhirnya menyimpulkan Muhammad Toriq (30), perakit bom rakitan di Tambora, Jakarta Barat adalah salah satu dari sekian banyak anggota teroris yang belakangan kembali meresahkan Tanah Air. Hal itu dikuatkan dengan penemuan sejumlah bahan peledak dari rumahnya ibunya yang terletak di Jalan Teratai 7, RT 02/04, Kelurahan Jembatan Lima, Tambora.

"Iya dia (Toriq) teroris. Kita pastikan setelah ditemukan adanya bahan-bahan yang diduga peledak dan juga olah tempat kejadian perkara (TKP) dari petugas labfor," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, kepada merdeka.com Kamis (6/9) malam.

Toriq hingga kini masih buron. Untuk melacak keberadaan pria pengangguran itu, polisi akan berkoordinasi dengan Densus 88 Anti Teror.

"Tentunya harus dikoordinasi dengan Densus, lalu mereka mencari kelompok tersebut apakah kelompok lama atau kelompok baru. Saat ini Toriq masih dalam pengejaran petugas," tegas Rikwanto.

Toriq terkenal pendiam dan kurang suka bergaul dengan warga di sekitar tempat tinggalnya. Meski demikian, Toriq rajin beribadah seperti salat ke masjid walaupun dia memilih tidak berjamaah. Informasi yang dihimpun merdeka.com dari pihak RT setempat, Toriq sebelumnya pernah menjadi anggota majelis taklim Al-Qiyadah.

Sebelumnya, Rabu kemarin sekitar pukul 14.30 WIB, warga Gang Teratai dikagetkan dengan kepulan asap yang muncul dari sebuah rumah. Warga awalnya mengira itu kebakaran. Mereka lantas mendatangi rumah itu.

Sesampainya di rumah yang belakangan diketahui milik ibu Iyot, ibunda Toriq, warga malah dihalang-halangi oleh Toriq. Merasa aneh dengan sikap Toriq, mereka kemudian melaporkan ke polisi.

Saat polisi belum tiba, Toriq sudah lebih dulu kabur ke arah Jembatan Besi. Padahal saat itu Tariq masih menggunakan sarung.

Tidak lama berselang, polisi tiba di lokasi dan langsung melakukan penyisiran. Dari hasil penyisiran itu, polisi menemukan benda diduga bom rakitan yang setengah jadi dan bahan-bahan peledak.

Polisi juga menyita paku, ponsel, pipa paralon, belerang dan rumusan campuran bahan kimia. Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut soal sosok Toriq yang terkenal kuper, polisi mengamankan ibu Iyot dan istri Toriq untuk dimintai keterangan.

Rabu, 05 September 2012

Pancasila untuk Antisipasi Persoalan yang Muncul


Penjabaran Pancasila dalam UUD 1945 merupakan upaya mengantisipasi persoalan yang kemungkinan muncul dan terjadi di Indonesia sebagai negara yang majemuk. Hal tersebut diungkapkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Dr Mahfud MD, di Universitas Negeri Yogyakarta, Minggu.

 ”Misalnya, kemungkinan mengenai fundamentalisme agama, sila pertama Pancasila menekankan prinsip ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban,” kata Mahfud.

Menurut dia pada orasi ilmiah di depan orangtua dan wali mahasiswa baru UNY, jika mendasarkan pada UUD 1945, Indonesia adalah negara kebangsaan yang relijius. “Dalam konteks itu dikenal istilah Indonesia bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler,” kata mantan Menteri Pertahanan itu.

Ia mengatakan untuk menghadapi dampa destruktif fari globalisasi dalam bentuk homogenisasi dan partikularisasi identitas, prinsip sosio-nasionalisme yang tertuang dalam sila kedua dan ketiga Pancasila telah menyediakan jawabannya.

Dalam mengantisipasi tirani dan ketidakadilan politik dan ekonomi, prinsip sosio-demokrasi yang tertuang dalam sila keempat dan kelima Pancasila dapat dijadikan patokan merumuskan solusi yang andal.

“Menurut prinsip itu demokrasi politik harus sejalan dengan demokrasi ekonomi. Pada ranah politik, demokrasi yang berkembang adalah demokrasi permusyawaratan dengan melibatkan dan mempertimbangkan pendapat semua pihak secara inklusif,” katanya.

Menurut dia pada ranah ekonomi, negara haerus aktif mengupayakan keadilan sosial dalam rangka mengatasi dan mengimbangi ketidaksetaraan yang terjadi di pasar dengan jalan menjaga iklim kompetisi yang sehat, membela yang lemah, dan berinvestasi dalam “public goods” yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Di bidang ekonomi, masalah riil yang dihadapi adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat ebrdasarkan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber: Antara

Selasa, 04 September 2012

Teroris Berencana Merampok Toko Emas di Pasar Klewer


Terduga teroris Solo berencana merampok toko emas di Pasar Klewer, Solo. Kegiatan tersebut diduga akan digunakan untuk mendanai sejumlah aksi terorisme di Solo. Namun aksi tersebut belum sempat berhasil dilakukan.

"Toko emas yang mau dirampok di Solo itu di Pasar Klewer. Tapi gagal karena mungkin dilihat penjagaannya cukup ketat," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Selasa (4/9/2012).

Kepolisian pun saat ini masih menelusuri pendanaan terorisme yang digunakan Farhan (19) dan kelompoknya itu. Diduga dalam hal pendanaan, kelompok mereka didukung pihak lain termasuk menggunakan Fai atau mencari dana dengan berbagai cara, salah satunya merampok.

"Kita masih dalami, dugaannya ada pihak-pihak lain yang melakukan dukungan," terang Boy.

Kepolisian pun mendalami keterkaitannya dengan jaringan hacker teroris, Rizky Gunawan alias Umar alias Udin yang meretas situs Multi Level Marketing (MLM) untuk pendanaan terorisme.

Sejumlah aksi terorisme yang diduga didukung dengan dana meretas situs online itu di antaranya aksi peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Tegalharjo, Jebres, Solo, pada 25 September 2011.

Dana itu juga digunakannya untuk kegiatan pelatihan militer di Poso dan pembelian senjata api. Rizki sendiri telah ditangkap 3 Mei 2012 di Stasiun Gambir, Jakarta.

"Kita dalami lebih lanjut keterkaitan dengan grup Rizki Gunawan, karena memang Rizki mendukung pelatihan yang di Poso," terang Boy.

Seperti diketahui, selain mengikuti pelatihan militer di kawasan Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Farhan dan kelompoknya diduga pernah menjalani pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah.

Diberitakan sebelumnya, Farhan dan rekannya Mukhsin (19) tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror di Jalan Veteran, Solo, Jumat (31/98/2012) malam.

Dalam penangkapan tersebut, seorang anggota Densus 88 ikut tewas yakni Briptu Suherman. Saat ini kepolisian masih memintai keterangan terhadap Bayu (24), terduga teroris yang ditangkap dalam keadaan hidup di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (31/8/2012) malam.

Farhan, Mukhsin, dan Bayu diduga kuat bertanggung jawab dalam tiga aksi penyerangan terhadap pos pengamanan dan pos polisi di Solo selama bulan Agustus 2012.

Pertama aksi penembakan di Pospam Simpang Gemblengan, Jumat (17/8/2012). Kedua, di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012). Pada kejadian tersebut, dua polisi terluka.

Kemudian, yang terjadi di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo, Kamis (30/8/2012) yang menewaskan seorang anggota kepolisian Bripka Dwi Data Subekti.

Sejauh ini, motif pelaku diketahui sebagai motif balas dendam terhadap aparat kepolisian. Sebab, sebelumnya kepolisian telah menangkap dan menahan para pelaku teror lainnya. Mereka inginkan Polri membebaskan seluruh tahanan teroris itu.

Teroris Gunakan Sandi untuk habisi nyawa


Sandi atau kode rahasia biasa digunakan militer dalam melancarkan operasi keamanan. Namun, apa jadinya jika sandi rahasia ternyata juga digunakan para terduga teroris untuk melancarkan aksi terornya?

Penggunaan sandi rahasia oleh terduga teroris ini diungkap Polri dalam penggerebekan yang dilakukan Densus 88 di Jalan Veteran, Desa Tipes, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/8) lalu.

Dalam penggerebekan itu, dua terduga teroris Farhan dan Muhsin tewas setelah ditembak. Sementara, seorang personel Densus 88, Briptu Suherman tewas setelah timah panas terduga teroris bersarang di perutnya.

Saat itu, polisi menemukan sejumlah sandi rahasia dari tas pingang milik salah seorang terduga teroris, Farhan, yang biasa digunakan mereka untuk berkomunikasi. Sandi rahasia itu salah satunya adalah 'main bola', yang bermakna untuk menyerang polisi. 

Selain itu, mereka juga menggunakan sandi 'pengantin' yang bermakna untuk bom bunuh diri. 

"Balas dendam kepada anggota kepolisian itu sandinya main bola. Kalau pengantin itu untuk sandi bom bunuh diri. Tapi kalau main bola itu ingin melakukan penyerangan dengan petugas. Itu terungkap dalam pemeriksaan ini," kata Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Senin (3/9).

Dalam satu bulan terakhir, komplotan teroris itu telah tiga kali menyerang polisi di Solo. Penyerangan pertama dilakukan terhadap Pos Pengamanan (pos pam) Mudik 05 Gemblegan, Serengan, Solo, Jumat (17/8). Saat itu pelaku menembaki petugas yang tengah piket. Akibatnya, dua anggota Polresta Surakarta yaitu Bripka Hendro Margiyanto dan Briptu Kukuh mengali luka tembak.

Penyerangan kedua dilakukan pada malam takbiran, Sabtu (18/8) sekitar pukul 23.32 WIB. Saat itu pelaku melempar granat ke Pospam Gladak, Solo. Beruntung, kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Tak hanya itu, penyerangan juga terjadi pada Kamis (30/8) sekitar pukul 21.00 WIB lalu. Kali ini Pos Polisi di Singosaren, Solo, diberondong tembakan dan mengakibatkan Briptu Data luka tembak.

Dalam melancarkan serangannya, para terduga teroris di Solo sangat teliti. Mereka melancarkan serangannya itu atas motif balas dendam kepada polisi. Hal ini terungkap dalam sejumlah surat yang diperoleh dari Farhan.

"Jadi mereka menjelaskan kenapa mereka membalas dikarenakan mereka merasa kecewa dengan penangkapan tokoh mereka selama ini," kata Boy.

Penggunaan sandi dalam aksi terorisme sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Pada peledakan Hotel JW Marriot, Jumat 17 Juli 2009, istilah atau sandi 'pengantin' juga digunakan.

Saat itu, seorang pemuda bernama Dani Dwi Permana menjadi pelaku bom bunuh diri di hotel itu.

ABG dipilih jaringan teroris karena tak punya beban

Aksi teroris hingga kini masih terus terjadi. Meski sudah puluhan orang diringkus dan dijebloskan ke penjara, namun sel-sel jaringan teroris terus berkembang.

Bahkan kini para teroris semakin berani dengan menyerang langsung anggota polisi yang sedang bertugas. Teranyar aksi penembakan oleh para teroris di Solo menewaskan seorang anggota polisi yang sedang bertugas.

Densus 88 kemudian berhasil mengejar pelaku, dua orang pelaku Farhan dan Mukhlis pun tewas diterjang peluru petugas. Satu orang komplotan teroris Bayu kini menjalani pemeriksaan setelah ditangkap hidup-hidup.

Ketiganya diketahui masih remaja, Farhan dan Muklis berusia 19 tahun sedangkan Bayu diketahui berusia 16 tahun. Lalu mengapa jaringan teroris memilih ABG?

Pola teroris yang menggunakan ABG sebenarnya bukan hal baru. Perekrutan ABG untuk dijadikan teroris sudah terjadi sejak tahun 2006. Remaja dipilih karena mereka tidak ada tanggungan keluarga sehingga bisa melancarkan aksinya dengan baik. Sementara kelompok tua bertugas merekrut pelaku-pelaku baru.

"Anak muda direkrut karena mereka tidak punya tanggungan sehingga bisa all out untuk melakukan aksinya," ujar pengamat Wawan Purwanto.

Meski demikian kini ada pola baru dalam jaringan teroris. Aksi yang dilakukan tidak lagi menggunakan bahan peledak seperti bom.

"Tetapi langsung melakukan penembakan kepada target seperti polisi. Kalau dulu aksi dilakukan dengan menggunakan bahan peledak," terangnya.

Seperti diketahui dalam aksi baku tembak di Jalan Veteran, Surakarta, Jumat (31/8/2012) malam. Dalam penyergapan tersebut anggota Densus 88 Anti Teror Polri Bripda Suherman tewas terkena tembakan teroris, sementara anggota terori Farhan dan Mukhlis pun tewas diterjang peluru petugas. Satu orang komplotan teroris Bayu kini menjalani pemeriksaan setelah ditangkap. Para pelaku yang dibekuk tersebut terlibat dalam sejumlah aksi teror di kota Solo.

Sebelumnya jelang lebaran, Solo dua kali mendapatkan teror secara berturut-turut. Aksi teror pertama terjadi pada Jumat (17/8) dini hari terjadi aksi tembakan membabi buta. Dua orang dengan menunggangi satu sepeda motor melakukan penembakan ke arah Pospam 05 yang digunakan untuk Operasi Candi Ketupat (OCK) 2012 yang terletak di Serengan, Solo. Akibat penembakan tersebut dua polisi mengalami luka tembak.

Lalu pada Sabtu (18/8) terjadi pelemparan granat di Pos Pengamanan Lebaran di Pos Gladag, Solo. Aksi teror tersebut dilakukan dua orang tak dikenal dengan berboncengan melempar granat ke arah pos pengamanan Lebaran yang berlokasi di bundaran Gladag, di Jalan Jenderal Sudirman, Solo.

Dan pada Kamis (30/8) malam, sekitar pukul 21.00 WIB kembali terjadi aksi penembakan terhadap anggota kepolisian yang sedang berjaga di Pos Polisi Singosaren, Solo. Akibat aksi tersebut satu anggota polisi terluka dan satu tewas akibat diterjang peluru para pelaku.

Senin, 03 September 2012

Bayu, terduga teroris Solo remaja usia 16 tahun


Bayu Setiyono alias Bayu Setiawan yang berhasil ditangkap hidup-hidup oleh Densus 88 di Solo, Jawa Tengah, kemarin ternyata remaja yang masih berusia 16 tahun. Bayu juga diketahui lulusan sekolah dasar (SD).

Bayu ditangkap oleh Densus 88, setelah terjadi penggerebekan terhadap dua anggota teroris, Farhan dan Mukhsin, yang tewas tertembak di belakang Lapangan Parkir Lottte Mart, Jalan Veteran, tepatnya di Desa Tipes, Kecamatan Serengan, Kota Solo.

"Bayu itu pas menikah berumur 15 tahun dan sekarang belum genap 16 tahun. Biasa kalau menikah umurnya dituakan. Istrinya kan janda beranak satu," ungkap sumber merdeka.com di keluarga Bayu di Solo Sabtu (1/9) sore tadi.

Rumah orangtua Bayu tidak jauh jaraknya dari TKP penggerebekan di belakang Lotte Mart.
Bayu yang saat satu tahun yang lalu menikah dengan Retno Setyorini sengaja mengubah umurnya menjadi 23 tahun dan masih tinggal bersama kedua orangtuanya di Desa Tipes. 

Saat menikah, istri Bayu berstatus janda dan sudah mempunyai seorang anak yang saat ini masih berumur 6 tahun. "Sekarang anaknya masih duduk di bangku Sekolah Dasar(SD)," jelas sumber itu.

Tidak disukai oleh lingkungan rumah sekitar orangtuanya, Bayu bersama istrinya kemudian pindah ke rumah mertuanya di Dusun Tempel, Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Dia tinggal bersama ayah mertuanya Wiji Siswo Suwito, yang sempat korban salah tangkap dan pemukulan oleh aparat Densus 88 usai penggerebekan semalam.

Bayu dan istrinya dikenal oleh tetangga-tetangga sebagai orang yang sangat tertutup. Bayu tidak pernah ingin bergaul dengan tetangga. "Bayu orangnya tertutup dan sering melarang istrinya yang berkerudung cadar itu untuk tidak bergaul dengan tetangga-tetangga sekitar sini," ungkap sumber itu.

Minggu, 02 September 2012

Teror Cenderung Meningkat pada Bulan September


Bulan September sudah lama diketahui sebagai target utama serangan teroris di seluruh dunia. “Tak hanya di Indonesia, tren peningkatan teror cenderung terjadi pada September,” ujar pengamat Pertahanan dan Keamanan Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto.

Asosiasi September sebagai bulan serangan teror dimulai pada September 1972. Saat itu, terjadi penembakan atlet Olimpiade asal Israel yang tengah berlaga di Muenchen, Jerman Barat. “Aksi itu disebut sebagai teror global pertama dan sejak itu September diasosiasikan sebagai momen tepat untuk menebar teror,” kata Andi.

Namun, Andi juga tak menampik adanya pengaruh kuat Doktrin Hambali di Indonesia sehingga teror juga kerap terjadi menjelang Idul Fitri. “Benar, doktrin itu juga cukup kuat pengaruhnya,” ujarnya.

Untuk itu, momen setelah ataupun menjelang Idul Fitri juga dianggap sebagai saat yang tepat untuk melakukan penyucian terhadap Hari Raya Umat Muslim itu.

Jumat malam, terjadi baku tembak antara Detasemen Khusus Antiteror 88 dengan kelompok teroris di Jalan Veteran, Solo. Seorang pengendara sepeda motor disergap petugas Densus di tengah jalan. Pengendara itu melawan dengan tembakan. Tiga orang tewas dalam baku tembak tersebut, terdiri dari dua orang dari pihak terduga teroris dan satu orang petugas Densus 88 atas nama Bripda Suherman.

Pengaruh jaringan Abu Omar diduga sangat dominan dalam aksi teror di Solo. “Ini semacam panggilan konsolidasi untuk sel jaringan terorisme lainnya untuk menjalankan rencana besar mereka,” dia menjelaskan. 

Sumber: Tempo.co.id

Dua Terduga Teroris yang Tertembak Mati Baru Berusia 19 Tahun


Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengaku terkejut saat mengetahui bahwa Farkhan dan Mukhsin, dua terduga teroris yang tertembak mati saat operasi penangkapan di Kota Surakarta, Jumat 31 Agustus 2012 baru berusia 19 tahun.

“Ini kelompok baru. Saya juga kaget karena usia kedua pelaku yang tertembak masih sangat muda yakni 19 tahun,” kata Kapolri di Mapolresta Surakarta, seperti dikutip Vivanews, Sabtu 1 September 2012.

Berdasarkan penyelidikan sementara ketiganya diketahui menyelundupkan senjata api dan amunisi dari Filipina. Namun polisi akan terus melakukan pengembangan apakah ketiga terduga teroris ini memiliki keterkaitan dengan jaringan kelompok lama.

Timur menerangkan, angggota Densus 88 terpaksa melumpuhkan keduanya karena tingkat ancaman yang sangat tinggi. Hal ini terbukti dari gugurnya salah satu anggota Densus bernama Bripda Suherman.

“Kami berusaha pelaku ditangkap dalam kondisi hidup. Namun, pelaku melakukan perlawanan,” kata Kapolri.

Semalam, Densus 88 telibat baku tembak dengan dua tersangka serangkaian teror terhadap Pos Polisi dan Mapolsek di kawasan Kota Surakarta sepanjang bulan Agustus 2012 di Jalan Veteran Kota Surakarta.

Di lokasi lainnya, Anggota Densus 88 juga berhasil menangkap hidup-hidup satu tersangka lainnya berinisial Bayu di rumahnya di Bulurejo, Gondangreji, Karanganyar.

Sumber: Vivanews

Jalin Kemitraan Pengembangan Pendidikan, Dubes AS Kunjungi Pesantren


Guna mewujudkan kehidupan yang rukun antarumat beragama dan mendukung program pendidikan di Indonesia. Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scot Marciel, mengujungi pondok pesantren As`Ad di kawasan Seberang Kota Jambi, Provinsi Jambi. “Kami memiliki komitmen untuk membahas masalah pendidikan dan kemitraan, agar tercipta kerukunan dalam kehidupan. Jadi, kemitraan bukan hanya di ibukota saja, tapi juga di daerah” katanya. Untuk membantu berjalannya kemitraan tersebut AS akan mengucurkan dana sebesar 300 juta dolar AS untuk pengembangan pendidikan dan model kerukunan antarmanusia.

Dana tersebut akan diberikan kepada dua daerah di Indonesia, yakni Jambi dan Sulawesi Barat. Dua daerah tersebut kelak akan dijadikan model percontohan daerah yang berhasil menerapkan sistem pendidikan dan kerukunan antarmanusia di Indonesia. Kedua wilayah ini juga dianggap memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap pedidikan dan kerukunan antar-umat beragama.

Sementara itu, Ketua Yayasan Perguruan As`Ad Jambi, KH M. Nadjmi K.H.A. Qodir mengatakan, merasa senang atas kunjungan tersebut, sebab diantaranya adalah Scot Marciel adalah satu-satunya duta besar negara di dunia yang mengunjungi pesantren tersebut. Sekaligus dengan kunjungan tersebut diharapkan akan tumbuh kemitraan antara Indonesia dan AS secara umum, khususnya dalam bidang pendidikan dan kerukunan antarumat beragama di Jambi.

Sumber: Antaranews.com