Rabu, 06 Juni 2012

Jihad Tak Hanya Perang


KH. Hasan Mutawakkil, Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur

Banyak kelompok keagamaan yang memaknai jihad fi sabilillah sekadar sebagai peperangan terhadap kelompok kafir. Lebih ironis lagi, semua teroris di Indonesia mengklaim aksinya sebagai implementasi jihad. Pemahaman ini tidak sekadar mereduksi makna jihad namun salah mengimplementasikannya.

Menurut KH. Hasan Mutawakkil, Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, makna jihad sangat luas tidak sekadar jihad fil harbi (jihad dalam pertempuran). Bahkan mencari nafkah untuk keluarga itu juga bagian dari jihad.

Pengasuh Pondok Pesantren Zaenul Hasan Genggong Probolinggo ini mengutip kisah Sahabat Umar RA ketika berjalan bersama Rasulullah dan melihat seorang pemuda yang memikul makanan dari pasar, di mana fisiknya terlihat kuat dan gagah.

“Sahabat Umar lantas mengatakan, sayang anak muda yang fisiknya kuat seperti itu tidak mengikuti jihad di medan perang. Perkataan Sahabat Umar ini lantas didengar oleh Rasulullah SAW, dan beliau menyahuti, ‘ia mencukupi anak istrinya juga jihad.’ Kisah ini menunjukkan bahwa implementasi jihad bukan cuma perang,” ujar Kiai Hasan kepada Lazuardi Birru, Senin, 04 Juni 2012.

Pendapat senada dikatakan oleh Prof. Syafiq A Mughni, Ph.D, Mantan Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Bagi dia, jihad adalah doktrin dalam Islam yang maknanya sangat luas. Hanya saja dalam perkembangannya, pada periode sejarah tertentu, istilah jihad diidentikkan dengan aksi yang sangat lekat dengan kekerasan.

“Namun hal itu tidak bisa menyempitkan makna jihad. Dalam sebuah hadis, Nabi mengatakan bahwa jihad yang paling besar sesungguhnya adalah kalimatul haqqi ‘inda  sulthonin jairin (mengatakan kebenaran di depan penguasa yang lalim). Jadi menyatakan kritik atau teguran terhadap penguasa yang menyalahgunakan amanat maka itu termasuk ekspresi jihad yang besar. Banyak ayat dalam Alquran yang juga menunjukkan bahwa jihad tidak selalu identik dengan aksi kekerasan,” tandas Syafiq yang kini menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam hematnya, kelompok radikal dan teroris tidak bisa menangkap esensi dari ajaran Islam, sehingga menganggap bahwa sisi ajaran Islam yang paling penting adalah jihad dengan aksi kekerasan.

“Itu pemahaman yang one dimensional dari ajaran Islam yang tidak menggambarkan ajaran Islam secara keseluruhan,” terangnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar