Senin, 15 Oktober 2012

Korban Bom Bali: Terorisme Tidak Terkait Agama

Ketut Ningsih, Korban Bom Bali 2005

Setelah pelaku teror Bom Bali tahun 2002 dan 2005 terungkap ke publik, sebagian korban yang memeluk agama Hindu, sempat berprasangka negatif terhadap Islam. Pasalnya semua pelaku adalah muslim. Bahkan di persidangan, sebagian pelaku seperti Imam Samudra dan Mukhlas meyakini bahwa tindakannya benar menurut ajaran Islam. Namun seiring waktu, sebagian korban mengerti bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan dan menghargai umat agama lain.

Ketut Ningsih (27 tahun), korban bom Bali II di Manega Café Jimbaran Bali, sempat berpikir bahwa Islam memerintahkan pembunuhan. Ia bahkan sempat membenci warga muslim Bali.

“Tetapi setelah mendengar ceramah dan membaca buku, ternyata Islam menghargai pemeluk agama lain. Ternyata para teroris itu benar-benar licik, karena membawa nama Islam. Yang mengebom cuma segelintir, tapi semua muslim jadi kena imbasnya,” ujar perempuan yang menderita luka di bagian tangan akibat ledakan bom tersebut.

Sementara itu Kadek Ardani (27 tahun), korban Bom di Nyoman Café 01 Oktober 2012, awalnya menyimpan pertanyaan “benarkah Islam mengajarkan kekerasan terhadap umat agama lain? Bukankah setiap agama punya kepercayaan masing-masing?”

“Akhirnya saya tahu bahwa Islam tidak mengajarkan seperti itu. Hanya orangnya yang salah mengartikan ajaran Islam,” ujarnya.

Sedangkan korban Bom Bali II lain Kayan Subagia (30 tahun) sejak awal tidak punya prasangka negatif terhadap Islam.

“Semasa kecil saya tinggal di Jawa. Banyak teman saya yang muslim. Ajaran agama mereka tidak mengajarkan aksi kekerasan. Kami saling menghargai walau berbeda agama. Ada toleransi di antara kami. Saya tidak pernah menuduh bahwa Islam meneror Hindu. Itu hanya teroris saja,” ujar pria kelahiran Banyuwangi 30 tahun silam ini.

Semua korban Bom Bali II yang ditemui Lazuardi Birru beberapa waktu lalu beragama Hindu. Saat aksi teror tak berperikemanusiaan itu terjadi, mereka sedang menjalankan tugasnya sebagai karyawan Café yang diledakkan maupun Café sekitarnya.

Tak semua korban bisa memaafkan pelaku tapi Kayan Subagia dan Kadek Ardani secara legawa bisa memaafkan para pelaku.

“Saya pribadi, jika memang pelaku meminta maaf dan menyadari tindakan mereka salah, ya saya pribadi memaafkan. Entah dengan korban yang lain,” ungkap Kayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar