Kamis, 31 Januari 2013

Menjadikan Orang Radikal Cukup Sehari, Menyembuhkannya Butuh Setahun


Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz, Ketua Asosiasi Profesi Da’i Indonesia
Inti progam deradikalisasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah mengubah paham radikal berbasis agama yang tertanam dalam diri seseorang menjadi pemahaman moderat. Namun hal itu diakui oleh banyak kalangan sangat tidak mudah.

Menurut Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz, Ketua Asosiasi Profesi Da’i Indonesia, menyulut seseorang untuk melakukan kekerasan itu jauh lebih mudah ketimbang melunakkan pandangan kekerasan yang sudah terpatri pada diri individu.

“Jika Anda ingin membakar semangat orang untuk perang, maka bacakan saja kepada mereka ayat-ayat dan hadis-hadis yang berbicara soal jihad dalam arti perang,” ujarnya kepada Lazuardi Birru.

Guru Besar Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya itu menyontohkan, Qs. Ali Imran ayat 142 di mana Allah berfirman “Apakah kalian menyangka bahwa kalian ini akan masuk surga. Sedangkan Allah belum mengetahui siapa di antara kalian yang akan berjihad dan siapa yang bersabar?”

Atau Qs. At-Taubah ayat 24 “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Inti ayat tersebut menyatakan, jika keluargamu tidak bisa diajak kompromi, ya tinggalkan saja.

“Jika ayat-ayat tersebut digunakan untuk membakar semangat orang yang pemahaman keagamaannya masih dangkal apalagi secara ekonomi lemah, maka mereka akan sangat mudah sekali tersulut gairahnya untuk melakukan kekerasan,” ungkap Api.

Orang yang pengetahuan agamanya masih lemah, lanjut Ali, tidak mengerti bahwa ayat-ayat itu diturunkan dalam situsi umat Islam sedang berperang untuk menegakkan hak-haknya yang tertindas oleh kezaliman kaum kafir.

“Mereka belajar agama berbasis semangat jihad bukan dalam kerangka telaah akademis. Karena itulah jarang sekali alumni pondok pesantren tradisional yang terlibat dalam aksi teror. Sebab mereka mengerti situasi dan kondisi seperti apa ayat itu dapat dipraktikkan,” paparnya.

Ia mengibaratkan, menjadikan orang radikal itu cukup sehari, namun menyembuhkannya itu membutuhkan waktu setahun.

“Meyakinkan bahwa tafsir ayat tersebut tidak menyuruh orang untuk berjihad kapan saja, itu tidak mudah. Mereka bisa menjawab, “Itu kan tafsirnya. Tapi teks ayatnya mengatakan begitu kok.” Mengarahkan orang menjadi keras itu gampang apalagi jika sudah memendam bibit masalah, terutama ekonomi,” tandasnya.

Lebih lanjut Ali menandaskan, tugas deradikalisasi bukan cuma kewajiban pemerintah. Ormas Islam moderat, khususnya NU dan Muhammadiyah juga harus terlibat dalam tugas ini.

“Masalah bangsa ini sangat banyak, memang sudah semestinya NU dan Muhammadiyah harus berperan membantu pemerintah. Alhamdulillah saat ini ceramah-ceramah keagamaan sudah didominasi oleh pendakwah-pendakwah yang moderat, meski yang radikal juga masih cukup banyak,” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar