Senin, 10 September 2012

Pesantren Mencetak Calon Ulama, Bukan Santri Radikal


Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah teruji mewujudkan dan mencetak ulama-ulama berakhlakul karimah dan ramah.

“Pesantren itu bukan tempat menyemai santri radikal dan beraliran keras,” kata Menag pada acara Manaqib Kubro, Bahtsul Masail dan pengajian akbar Jamiyah Ahlit-Thariqah Al Mu’‘tabarah Al Nahdliyyah se Jawa Tengah di Pondok Pesantren Darussalam Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu.

Hadir dalam kesempatan itu Menteri Perumahan Rakyat H Djan Faridz, Dirjen Bimas Islam H Abdul Djamil, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah Imam Haromain, Direktur Perguruan Tinggi Islam Dede Rosyada, Direktur Pemberdayaan Diniyah dan Pondok Pesantren H Ace Saifuddin, Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Boyolali KH Kamaluddin Iskandar, dan sejumlah undangan lainnya.

Menag mengatakan, isu SARA, terorisme, termasuk kekerasan bernuansa agama yang terjadi di Sampang sangat tidak relevan dengan visi Islam Rahmatan Lil Alamin. “Fenomena ini sangat membuat kita resah, dan menjadi ancaman bagi keutuhan negara,” paparnya.

Menurut Menag, masalah tersebut umumnya muncul karena ketidaksadaran kita akan pentingnya persatuan yang memunculkan benih-benih kebencian, kedengkian yang mengkristal hingga muncul kekerasan yang bernuansa agama. “Kita juga seringkali lupa bahwa kita semua berada dalam satu rumah besar bersama, yaitu Islam,” kata Menag.

Dalam momentum ini, lanjutnya, kita perlu bergerak bersama, berusaha menampilkan Islam dengan baik, sembari berjuang dengan kesabaran dan keikhlasan mempersatukan umat yang mungkin bercerai-berai dan saling memusuhi.

“Hal terbaik bagi kita dalam menghadapi setiap permasalahan adalah dengan mengutamakan dialog daripada kekerasan, seperti tradisi ulama-ulama salaf yang arif dan bijaksana yang mereka ajarkan kepada kita,” ungkapnya.

Memosisikan Islam di tempat yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya, kata Menag, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mewujudkan agama yang santun dan menyejukkan di tengan-tengah masyarakat itu butuh pengorbanan, perjuangan dan kesabaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar