Minggu, 02 September 2012

Teror Cenderung Meningkat pada Bulan September


Bulan September sudah lama diketahui sebagai target utama serangan teroris di seluruh dunia. “Tak hanya di Indonesia, tren peningkatan teror cenderung terjadi pada September,” ujar pengamat Pertahanan dan Keamanan Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto.

Asosiasi September sebagai bulan serangan teror dimulai pada September 1972. Saat itu, terjadi penembakan atlet Olimpiade asal Israel yang tengah berlaga di Muenchen, Jerman Barat. “Aksi itu disebut sebagai teror global pertama dan sejak itu September diasosiasikan sebagai momen tepat untuk menebar teror,” kata Andi.

Namun, Andi juga tak menampik adanya pengaruh kuat Doktrin Hambali di Indonesia sehingga teror juga kerap terjadi menjelang Idul Fitri. “Benar, doktrin itu juga cukup kuat pengaruhnya,” ujarnya.

Untuk itu, momen setelah ataupun menjelang Idul Fitri juga dianggap sebagai saat yang tepat untuk melakukan penyucian terhadap Hari Raya Umat Muslim itu.

Jumat malam, terjadi baku tembak antara Detasemen Khusus Antiteror 88 dengan kelompok teroris di Jalan Veteran, Solo. Seorang pengendara sepeda motor disergap petugas Densus di tengah jalan. Pengendara itu melawan dengan tembakan. Tiga orang tewas dalam baku tembak tersebut, terdiri dari dua orang dari pihak terduga teroris dan satu orang petugas Densus 88 atas nama Bripda Suherman.

Pengaruh jaringan Abu Omar diduga sangat dominan dalam aksi teror di Solo. “Ini semacam panggilan konsolidasi untuk sel jaringan terorisme lainnya untuk menjalankan rencana besar mereka,” dia menjelaskan. 

Sumber: Tempo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar