Selasa, 04 September 2012

Teroris Gunakan Sandi untuk habisi nyawa


Sandi atau kode rahasia biasa digunakan militer dalam melancarkan operasi keamanan. Namun, apa jadinya jika sandi rahasia ternyata juga digunakan para terduga teroris untuk melancarkan aksi terornya?

Penggunaan sandi rahasia oleh terduga teroris ini diungkap Polri dalam penggerebekan yang dilakukan Densus 88 di Jalan Veteran, Desa Tipes, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/8) lalu.

Dalam penggerebekan itu, dua terduga teroris Farhan dan Muhsin tewas setelah ditembak. Sementara, seorang personel Densus 88, Briptu Suherman tewas setelah timah panas terduga teroris bersarang di perutnya.

Saat itu, polisi menemukan sejumlah sandi rahasia dari tas pingang milik salah seorang terduga teroris, Farhan, yang biasa digunakan mereka untuk berkomunikasi. Sandi rahasia itu salah satunya adalah 'main bola', yang bermakna untuk menyerang polisi. 

Selain itu, mereka juga menggunakan sandi 'pengantin' yang bermakna untuk bom bunuh diri. 

"Balas dendam kepada anggota kepolisian itu sandinya main bola. Kalau pengantin itu untuk sandi bom bunuh diri. Tapi kalau main bola itu ingin melakukan penyerangan dengan petugas. Itu terungkap dalam pemeriksaan ini," kata Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Senin (3/9).

Dalam satu bulan terakhir, komplotan teroris itu telah tiga kali menyerang polisi di Solo. Penyerangan pertama dilakukan terhadap Pos Pengamanan (pos pam) Mudik 05 Gemblegan, Serengan, Solo, Jumat (17/8). Saat itu pelaku menembaki petugas yang tengah piket. Akibatnya, dua anggota Polresta Surakarta yaitu Bripka Hendro Margiyanto dan Briptu Kukuh mengali luka tembak.

Penyerangan kedua dilakukan pada malam takbiran, Sabtu (18/8) sekitar pukul 23.32 WIB. Saat itu pelaku melempar granat ke Pospam Gladak, Solo. Beruntung, kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Tak hanya itu, penyerangan juga terjadi pada Kamis (30/8) sekitar pukul 21.00 WIB lalu. Kali ini Pos Polisi di Singosaren, Solo, diberondong tembakan dan mengakibatkan Briptu Data luka tembak.

Dalam melancarkan serangannya, para terduga teroris di Solo sangat teliti. Mereka melancarkan serangannya itu atas motif balas dendam kepada polisi. Hal ini terungkap dalam sejumlah surat yang diperoleh dari Farhan.

"Jadi mereka menjelaskan kenapa mereka membalas dikarenakan mereka merasa kecewa dengan penangkapan tokoh mereka selama ini," kata Boy.

Penggunaan sandi dalam aksi terorisme sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Pada peledakan Hotel JW Marriot, Jumat 17 Juli 2009, istilah atau sandi 'pengantin' juga digunakan.

Saat itu, seorang pemuda bernama Dani Dwi Permana menjadi pelaku bom bunuh diri di hotel itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar